Manfaat Cendawan Metharizium Anisopliae Sebagai Pestisida Alami

Foto Diatas adalah Dua Uret -Larva kumbang tanduk- dengan umur dan spesies yang sama- sebelah kiri yang terinfeksi metharizium dalam kurun 1 bulan kanan yang sehat
Gambar Uret/larva kumbang tanduk (Lepidiota stigma)-Sebelah kiri ; uret yang terinfeksi metharizium anisopliae menunjukkan gejala infeksi setelah ±1 bulan. Sebelah kanan; uret yang sehat dengan umur yang sama tanpa perlakuan pemberian metharizium anisopliae.

Sebagian ada yang menyebut Metharizium Anisopliae ini dengan istilah Pestisida biologi karena merujuk pada jenis bahan aktifnya berupa makhluk hidup dari jenis jamur. Sedangkan yang menyebut sebagai Pestisida Alami karena metharizium sendiri pada dasarnya keberadaanya sudah ada lama di alam dan merupakan musuh alami (jamur patogen) bagi beberapa jenis serangga.

Metarhizium anisopliae sebelumnya dikenal sebagai Entomophthora anisopliae (basionym), adalah jamur/cendawan yang tumbuh secara alami di tanah di seluruh dunia. Jamur ini bersifat patogen/ menyebabkan penyakit pada berbagai serangga. Setelah dilakukan berbagai penelitian, jamur tersebut kemudian diambil (diisolasi) dari habitat alaminya untuk dikembangkan sebagai pengendali serangga hama dalam hal ini salah satunya adalah hama uret/embug/gayas/lundi.
Banyaknya isolat telah lama dikenal sebagai spesifik, dan mereka diberi status varietas, tetapi mereka sekarang telah ditetapkan sebagai spesies Metarhizium baru, seperti Metarhizium anisopliae, Metarhizium  majus dan Metarhizium  acridum.  Metarhizium  anisopliae varian Acridum  dan Metharizium anisopliae var. anisopliae, saat ini dikembangkan untuk pengendalian belalang dan kumbang tanduk.

Bagaimana Metharizium Bekerja?

Seperti disampaikan diatas, Metharizium anisopliae ini bersifat patogen/menyebabkan penyakit pada serangga tertetu. Penyakit yang disebabkan oleh jamur kadang-kadang disebut penyakit muskulus hijau karena warna hijau spora-nya. Ketika spora mitosis (aseksual) ini (disebut konidia) dari jamur bersentuhan dengan tubuh inang serangga, mereka berkecambah dan hifa yang muncul menembus kutikula. Jamur kemudian berkembang di dalam tubuh, akhirnya membunuh serangga setelah beberapa hari. Efek mematikan ini sangat mungkin dibantu oleh produksi peptida siklik insektisida (destruxins). Kutikula mayat seringkali menjadi merah. Jika kelembaban sekitar cukup tinggi, jamur putih kemudian tumbuh di mayat yang segera berubah hijau saat spora diproduksi. Sebagian besar serangga yang tinggal di dekat tanah telah mengembangkan pertahanan alami terhadap jamur entomopatogen seperti M. anisopliae. Jamur ini, oleh karena itu, terkunci dalam pertempuran evolusi untuk mengatasi pertahanan ini, yang telah menyebabkan sejumlah besar isolat (atau strain) yang diadaptasi untuk kelompok serangga tertentu.

Banyak pertanyaan dari petani mengenai berapa lama proses infeksi metharizium ini terjadi sampai kemudian menyebabkan hama uret yang terkena mati. Jawabannya adalah tergantung dari besar kecilnya uret. Di lapangan faktanya ada yang membutuhkan waktu sampai 1 bulan ketika dapat ditemukan uret-uret yang sudah besar itu menunjukkan gejala sakit dan gejala tumbuhnya jamur kehijau-hijauan seperti digambarkan.

Bagaimana Pemanfaat Metharizium Anisopliae di Bidang Pertanian?

Di bidang kesehatan, penggunaan dalam pengendalian nyamuk penular malaria masih terus diteliti. Metharizium anisopliae tampaknya tidak menginfeksi manusia tetapi ada juga laporan adanya patogen terhadap reptil. Sebuah teknik yang mungkin untuk pengendalian malaria adalah untuk melapisi kelambu atau seprai katun yang menempel di dinding.

Di bidang industri, di bulan agustus 2007, tim ilmuwan dari India menemukan cara yang lebih efisien untuk memproduksi biodiesel yang menggunakan lipase, enzim yang diproduksi dalam jumlah yang signifikan oleh Metharizium anisopliae. Kelebihan enzim yang dihasilkan metharizium anisopliae ini dapat bereaksi pada suhu kamar dibandingan dengan enzim lain yang membutuhkan panas untuk menjadi aktif. Jamur ini sekarang menjadi kandidat untuk produksi enzim secara massal.

Di bidang pertanian, rentang isolat jamur entomopatogen yang sebelumnya dideskripsikan dikenal sebagai Metharizium anisopliae, sebelum 2009, telah diamati menginfeksi lebih dari 200 spesies hama serangga. Metharizum anisopliae dan spesies terkait digunakan sebagai insektisida biologis untuk mengendalikan sejumlah hama seperti kumbang tanduk, puthul, uret, rayap, thrip, dll.

Untuk mempermudah penggunaan beberapa produsen pestisida biologi memilih menggunakan spora dari jamur metharizium untuk dicampurkan dalam bahan pembawa berupa cairan ataupun serbuk. Tetapi paling banyak digunakan adalah penggunaan mineral serbuk (misalnya zeolith) yang lebih menjaga bahan aktif berupa spora metharizium dalam posisi dorman. Metharizium anisopliae yang dikomersialkan sebagai pestisida biologis misalnya MOSA META. Dengan metode ini, spora mikroskopis metharizium akan dapat dapat disemprotkan secara merata ke tempat-tempat dimana serangga sasaran melewati.

Apa saja yang bisa dikendalian?

Seperti disebutkan diatas, mesipun dari penelitian menunjukkan tidak kurang dari 200 spesies serangga yang dapat terinfeksi metharizium sp, namun hal ini juga terkait dengan strain serta habitat asli atau darimana metharizium ini diisolasi. Di pasaran beberapa jenis formulasi produk berbahan metharizium umumnya digunakan untuk pengendalian ;
Larva Kumbang Tanduk / Oryctes rhinoceros yang menyerang kelapa, kelapa sawit, dan salak.

  • Uret / Lepidiota stigma yang menyerang tebu, singkong, pepaya, palawija, dan sayuran.
  • Puthul / Phyllophaga Hellery pada tanaman padi dan palawija.
Tinggalkan Balasan 0

Your email address will not be published. Required fields are marked *